Serunya Bisnis Grobak di Tahun 2017
Siapa yang bilang bisnis menggunakan grobak tidak bias sukses? Jika mau kreatif, pintar membaca peluang, dan bekerja keras, anda bisa menjadi jutawan yang sukses. Di negri ini, sudah banyak pengusaha yang awalnya hanya berjualan dengan grobak keliling, kini telah menjadi bos bagi usahanya di beberapa tempat bahkan daerah, tinggal duduk santai di rumah sambil memantau usaha nya, uang pun mengalir dengan sendirinya.
Kisah Made Ngurah Bagiana Dan Grobak
Anda mungkin tidak percaya, tetapi Made Ngurah Bagiana telah membuktikan. Pengusaha yang merupakan lulusan STM bangunan ini mengawali hanya dengan 2 grobak. Kini, made telah memiliki 10 pabrik dan 2.000 outletEdam Burger yg tersebar di seluruh Indonesia. Segalanya tentu tak mudah diraih. Bahkan, ia pernah menjalani hidup yang keras di jakarta.
Pria kelahiran Bali 12 april 1956 ini merupakan anak ke-6 dari 12 bersaudara. Sejak kecil, made memang terbiasa di latih untuk kerja keras. Bakat usaha juga terlihat dari kecil, yaitu dengan mencari daun-daun di kebunya untuk di jual. Makananya, menjelang hari raya, ia pun tak pernah di beri uang untuk jajan. Bahkan, menjelang hari raya, ia pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya, made memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, lalu di jual. Hasil penjualan itulah yang ia gunakan untuk membeli bajubaru. Bukan hanya itu saja, sekitar usia 10 tahu, ia harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, ibu made cukup member segenggam beras dan lauk mentah untuk di olah sendiri
Begitulah sekilas gambaran hidup made di kampungnya, singa raja, bali. ketika tamat STM di tahun 1975, made pun memilih untuk merantau ke Jakarta karena bosan hidup di bali. Ke dating nya ke ibu kota tersebut sebenarnya tanpa tujua. Awalnya, made menumpang di kontrakan kakaknya di utan kayu. Sedangkan, untuk mengisi perutnys, ia sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bus PPD. Ternyata, made terbawa lingkungan. Kerasnya kehidupan Jakarta tak urung membawanya menjadi pereman. Bermodalrambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang ia perbuat. Paling sering kalo naik bus kota tidak bayar, tapi meminta uang kembali
Namun dunia pereman ternyata tidak lama ditekuninya. setelah itu, ia memilih berjualan telur. Made membeli satu peti telur di pasar, lalu di ecer ke pedangang-pedangang bubur. Usahanya ini tidak berjalan dengan baik. Ia lalu banting setir menjadi supir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot maupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pikap yang belakang nya di pasang terpal. Saat itu, made menjalani rute kampong melayu-pulogadung-cililitan.
Tahun 1985, made pulang ke kampong halamanya, kemudian menikah dengan gadis setempat, Made Arsani Dewi. Oleh karena itu cinta mereka bertaut di Jakarta, akhirnya mereka pun memutuskan untuk kembali ke ibu kota. Lagi-lagi, tujuanya masih mengadu nasib. Sampai di Jakarta, kedua made ini membeli rumah mungil di daerah pondok kelapa. Madepun lantas menjajal menjajal peluang usaha mobil omprengan. Awalnya emang berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, made jatuh bangkrut. Bahkan, kerugian nya makin membengkak. Made terpaksa menjual rumah dan mobilnya. Kemudian, pasangan pengantin ini hidup dengan mengontrak rumah.
Ternyata, awan mendung tidak selamanya menghantui langit kehidupan seseorang. Made pun mulai menemukan titik cerah pada tahun 1990. Saat pindah ke perumnas klender, tanpa sengaja melihat orang berjualan burger, maka, ia berpikir untuk mencobanya. Setelah itu, made nekat meminjam uang ke bank, yang sayangnya tidak di luluskan. Akhirnya, made meminjam uang 1,5 juta rupiah ke temanya untuk membeli dua gerobak dan kompor.
Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayuran, daging, saus, dan mentega, ia beli ecer di berbagai tempat. Di bantu seorang teman, made menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh grobak. Burger dagangan nya kemudian ia lebeli nama LOVINA, sesuai nama pantai di bali yang sangat indah. Saat berjualan, sukses ternyata tidak langsung di raihnya. Made justru banyak menemukan suka dan dukanya. Dukanya, kalau hujan turun, ia tak bisa jalan dan rotinya tidak laku. Maka, supaya tidak mubazir, burgernya ia makan sendiri.
Made mengisahkan bahwa awal-awal ia berjualan,sering tak ada satupun pembeli yang menghampirinya. Padahal, ia sudah seharian mengayuh sepedah gerobaknya keliling jalan. Menurutnya, masyarakat seperti masih berfikir bahwa burger itu pasti mahal. Padahal, sebenernya tidak. Saat itu, made hanya mematok harga 1.700 rupiah per buah. Dalam sehari, burger yang di jual bisa laku lebih 20 buah. Ternyat, daganganya semakin hari semakin laku keras. Maka, made pun berpikir untuk mengembangkan usahanya.
Untuk mengembangkan usahan, ia kemudian mengajak ibu-iburumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekalah. Mereka semua mengambil bahan dari made dengan harga lebih murah. Luar biasa! Upaya tersebut ternyata berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burgernya telah beranak pinak menjadi lebih dari 40. Setelah itu, made memutuskan diri untuk pensiun dalam menjajakan burger keliling dan menyerahkan semuanya pada anak buahnya. Bahkan, pada tahun 1996, made membikin gebrakan baru dengan mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus.
Seminggu berkutat di dapur, hasil tak mengecewakan. Made berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang di jual di berbagai restoran cepat saji. Sejak saat itu, ia terus mengembangkan usahanya hingga bisa membangun pabrik sendiri dan ribuan outlet.
Itulah kisah seorang pengusaha gerobak yang sukses dalam mengembangkan usahanya. Kunci kesuksesan Made dengan gerobak burgernya adalah kerja keras, pintar membaca peluang usaha menjanjikan, dan kreatif. Kerja kerasnya di tunjukan saat berjualan burger keliling, meskipun awalnya sepi pembeli tetapi karena kerja kerasnya, ia pun bisa menggaet banyak pembeli.