Percaya Diri Dalam Merintis Usaha

Percaya Diri Merintis Usaha – Setelah jelas jenis usaha yang ingin kamu dirikan, ada pertanyaan mendasar yang perlu dijawab, yaitu :

  • Apakah ada pasarnya?
  • Apakah ada serapannya?
  • Apakah terkonsentrasi?

Untuk lebih memperjelas pertanyaan di atas, coba perhatikan ilustrasi berikut :

Telah membuka usaha penerbitan dan percetakan buku. Selama ini A berhasil menjawab pertanyaan 1 dan 2. Ketika melanjutkan ke pertanyaan ketiga, A mengalami kesulitan. A mencoba merefleksikan pertanyaan-pertanyaan itu, “Apakah ada pasarnya buku yang ia terbitkan?” dengan percaya diri ia menjawab ada.

Percaya Diri Dalam Wirausaha

PELUANG USAHA BARU YG BAGUS DI KOTA BANDUNG Percaya Diri Dalam Merintis Usaha

Kemudian melanjutkan ke pertanyaan kedua, “Apakah pasarnya banyak atau besar?”. Ia menjawa banyak, 2000 hingga 5000 eksemplar yang bisa didistribusikan ke seluruh kota di Indonesia dengan baik dan bisa mendatangkan uang dalam kurun waktu 6 bulan. Tetapi, ketika menjawab pertanyaan ketiga, “Apakah pasarnya terkonsentrasi di wilayah tertentu?”. Ia mengalami kesulitan menjawab.

Pada kenyataannya, pasar buku memang tersebar sehingga membutuhkan biaya pemasaran bisnis yang besar. Akibatnya, pasar yang tersebar itulah dan sedikitnya produk yang A terbitkan untuk setiap bulannya hanya dua judul. Bisnis A menjadi kurang bisa berkembang. Setelah menyadari masalah ini, A menemukan solusinya. Setiap bulan tidak kurang dari 6 judul buku ia terbitkan dengan produksi minimum 2000 eksemplar. Selain itu, ia juga membangun sistem pasar yang terkonsentrasi dengan biaya per produk.

Lalu bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri? Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan kepercayaan diri.

  1. Belajar menghargai keberhasilan sekecil apapun
  2. Kurang menghargai keberhasilan yang kita raih akan membuat ketidakpercayaan diri, misalnya sering mengeluh dan menyalahkan. Untuk itu buang sikap negatif tersebut dan cobalah untuk bersyukur serta berterimakasih atas apa yang telah kamu peroleh.

    Misalnya kamu berhasil memimpin rapat, berhasil bernegosiasi dengan investor, berhasil menjadi tim terbaik, dan keberhasilan-keberhasilan yang lain.

    Setelah menghargai tiap keberhasilan yang kamu raih, yakinlah diri kamu dengan cara “saya bukan apa-apa tadinya dan kini saya ingin menjadi apa yang saya cita-citakan, pebisnis yang memiliki bisnis besar yang dihormati. Saya akan melakukan apapun yang terhormat untuk meraih cita-cita itu. Itu layak diperjuangkan”. (Surgana, 2008:60).

    Selain itu, pengalaman yang telah menghiasi kehidupan kamu serta dengan membaca buku tentang motivasi diri juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Ketika rasa percaya diri itu semakin kuat, pasti ada keinginan dan harapan atau cita-cita yang ingin diraih. Maka tulislah setiap keinginan tersebut, fokus terhadap keinginan itu, dan lakukan untuk mencapai keinginan itu.

  3. Membangun relasi yang baik
  4. Formula yang dibutuhkan untuk membangun relasi ini sangat sederhana yaitu ada dalam diri dan pikiranmu. Isi pikiranmu dengan keyakinan untuk berani bertindak. Berani bertindak berarti berani bertemu, berani memulai dan berani berpendapat. Jadi dengan begitu kamu akan dengan mudah mendapatkan relasi.

    Cara paling sederhana adalah ikutlah sebuah perkumpulan atau komunitas yang kamu minati. Cobalah berkawan dengan anggotanya dan secara aktif libatkan dirimu dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di komunitas tersebut. Carilah kawan dan kenalan sebanyak-banyaknya, siapa tahu diantara mereka nantinya bisa dijadikan rekan bisnis. Kemudian cara membangun relasi diantaranya sebagai berikut :

    • Memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan
    • Carilah pembelinya
    • Catatlah namanya
    • Berbicaralah dengan baik dan sopan
    • Simpan kenangan manis
    • Kunjungi lagi di lain waktu.
  5. Mempraktikkan manajemen secara efektif
  6. “Bisnis berurusan dengan orang, bukan dengan barang” (Surgana, 2008:68). Berurusan dengan orang memerlukan kesadaran penuh sebagai manusia yang memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda-beda. Maka dari itu, disinilah pentingnya manajemen. Manajemen sesungguhnya soal mengurus, tetapi mengurus yang tidak langsung jadi. Perlu proses yang berkesinambungan sehingga membutuhkan suatu sikap yang ulet. Ulet adalah suatu sikap yang tahan dan lentur, tidak mudah patah, dan adaptif. Manajemen yang diperlukan bukanlah sekadar manajemen yang dikenal atau diketahui melalui buku-buku. Manajemen yang diperlukan adalah sebuah praktik yang terus menerus direvisi untuk menemukan bentuk yang pas dan cocok dengan bisnis dan orang-orang yang terlibat di dalam bisnis itu.

    Mengurus orang tidak sesederhana yang dibayangkan, mereka bukan diurus dengan peraturan, bukan pula diurus dengan pemberian bonus. Mereka hanya bisa diurus dengan hati. Berikan kepada mereka rasa aman dan bahagia. Hal ini bukan berarti karyawan selalu diberi bonus atau kelonggaran tanpa batas.

    “Untuk membuat hati mereka merasa aman adalah memberitahukan apapun yang terjadi dalam perusahaan kepada karyawan, ingatlah asumsi karyawan haruslah orang cerdas, ajaklah mereka bicara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan semua menjadi mudah,” kata Surgana.

    Cara menerapkan manajemen secara efektif adalah you and me. Kau dan aku anatara owner (pemilik) dan karyawan. Yang berhasil mencapai tujuan dari perusahaan langsung diberikan penghargaan dan yang gagal langsung diperingatkan. Tapi, perlu diingat ada saatnya owner bersikat sebagai kawan bagi karyawan ketika sharing mengenai permasalahan yang dihadapi. Sebagai kawan, owner bisa memberikan solusi bagi karyawan tersebut. Agar manajemen ini lebih efektif lagi yaitu menyerahkan sepenuhnya kepada ahlinya. Sesekali owner masih harus tetap mengawasi.


    Baca Juga : Langkah Awal Sebelum Memulai Usaha

  7. Memperluas wawasan
  8. Tidak hanya menghargai keberhasilan, membangun relasi, dan mempraktikan manajemen untuk menumbuhkan kepercayaan diri, tetapi memperluas wawasan juga diperlukan. Misalnya dengan membaca buku-buku mengenai motivasi diri. Hal ini yang terpenting adalah doa. Doa merupakan harapan dan sumber kekuatan, maka berdoalah, mintalah apa yang kamu inginkan dengan sungguh-sungguh.

    Pada saatnya, Tuhan akan memberikan apa yang kamu minta dan tentu pada saat yang tepat. Memang tidak sesederhana dalam praktiknya, harus ada usaha dan kesungguhan karena itu doa tidak boleh diartikan meminta tanpa peduli. Kamu pun harus berusaha, bekerja, pantang menyerah dan ingat pepatah ora et labora (bekerja dan berdoa) kegigihan dan keuleten disertai doa, suatu saat nanti akan terjawab.

    Senjata ampuh setelah doa adalah rencana. Rencana adalah bagian dari doa dan harapan. Apa pun yang kamu rencanakan haruslah nyata, jelas dan terukur. Rencana adalah rincian dari doa yang menjadi tujuan pasti kamu. Mungkin dalam doa, kamu hanya berharap menjadi pebisnis hebat dan terkenal. Namun, doa saja tidak cukup apabila kamu tidak mempraktikannya dalam rencana bisnismu.

    Setelah doa dan rencana, yang kamu butuhkan adalah teman. Bertemanlah dengan banyak orang, tetapi pilihlah teman yang paling tepat buat kamu. Teman ini bisa kamu jadikan sebagai sahabat terbaik. Teman adalah orang terdekat secara psikologis setelah keluarga. Terkadang kita tidak menceritakan hal-hal tertentuk kepada keluarga, tetapi kepada temanlah kita bercerita.

    Cara Meningkatkan Percaya Diri Dalam Wirausaha


    PELUANG USAHA BARU YG BAGUS DI KOTA BANDUNG Percaya Diri Dalam Merintis Usaha

    Melalui pertemanan ini, kamu dapat belajar untuk menghargai, bertoleransi, dan menjalin persahabatan yang baik. Ketika kamu terpuruk, teman yang baik akan menolong dan menemani sampai kamu mampu keluar dari keterpurukan. Namun ketika teman kamu mengalami hal yang sama, janganlah kamu meninggalkannya, tetapi ulurkan tanganmu untuk membantunya keluar dari keterpurukan.

    Setelah kamu berdoa, membuat rencana, dan memiliki teman, saatnya kini mulai bekerja. Kerja bukan hanya mencari uang, tetapi bekerja adalah sebagian dari ibadah. Apabilah kamu bekerja hanya mencari uang, ketika perusahaan tidak memberikan upah yang layak, yang kamu peroleh adalah kekecewaan. Bukanlah hal yang baik jika kamu bekerja hanya terpaksa, daripada menganggur. “Yang baik adalah bekerja karena ibadah atau apa saja yang lain yang kamu anggap menarik dan penting buat kamu, baru setelah itu kamu menganggap kerja itu sarana mencari uang.” (Surgana, 2008:110).

    Karena mindset usaha inilah dua hal yang kamu peroleh dalam bekerja yaitu kesenangan dan kepuasan dan kepuasan saat kamu menerima upah. Dengan mindset inilah, kamu sebagai karyawan akan mempunyai kinerja yang baik dan keuntungan buat kamu adalah menjadi karyawan emas bos kamu. Demikian pula bekerja untuk membangun bisnis sendiri.